This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, 4 April 2015

Saraf Autonom


Susunan saraf autonom adalah bagian susunan saraf yang mengurus semua proses badaniah yang involunter dan timbul  secara reflektorik, seperti vasodilatasi-vasokontriksi, bronkhodilatasi-bronkhokontriksi, peristaltic,berkeringat, merinding dan seterusnya. Sebagai bagian yang terintegrasi pada susunan saraf, maka susunan saraf autonom mempunyai lintasan-lintasan dessendens dan asendens. Ia terdiri juga dari bagian pusat dan tepi. Ia pun terintegrasi dalam mekanisma fungsi luhur, yang menentukan kehidupan emosional. Bahkan maninfestasi aktivitas susunan saraf autonom sebagian besar terkait pada perangai emosionil. Sekresi air mata timbul karena seseorang terharu karena senang atau sedih. Beerkeringat banyak timbul pada waktu seseorang tegang dan takut. Seseorang yang gelisah dan tegang sering kencing bahkan buang air besar. Contoh dari penghidupan biasa dapat diambil dari cerita berikut. “Pagi hari pelayan rumah tangga menemukan tinja dan air seni di ruang tamu. Ia lebih-lebih terkejut oleh karena pesawat TV dan lonceng listrik hilang. Polisi datang memeriksa keadaan setempat dan menyimpulkan bahwa pencuri TV dan konceng itu adalah pencuri yang belum berpengalaman”. Kesimpulan polisi ini didasarkan atas adanya tinja dan air seni dari pencuri yang mencerminkan ketakutan dan kegelisahannya.
Walaupun maninfestasi susunan saraf autonom terjadi di luar kemauan, pengaruh korteks serebri memberikan pengerahan secara re flektorik. Mekanisme neuronal pengaruh serebral ini dilaksanakan oleh neuron-neuron yang menggabungkan daerah-daerah korteks serebri tertentu dengan hipotalamus. Impuls pengarahan tersebut, kemudian dipancarkan ke periferi melalui saraf otak-saraf otak dan saraf spinal. Sebagian dari impuls hipotalamus disalurkan ke hipofisis dan ini merupakan “input” bagi lintasan neuro-endokrin hipotalamus-hipofisis-gonada.
Peran susunan saraf autonom di dalam klinik akan kita jumpai di dalam bidang :
1. kehidupan vegetatif, yaitu proses-proses yang memelihara pertumbuhan dan penyaluran bahan-bahan makanan dan sampah-sampahnya secara automatis dan di luar kelola kemauan kita;
2. perangai emosionil, dan
3. neurohormonal

A.    ANATOMI SUSUNAN SARAF AUTONOM
Susunan saraf autonom dibagi dalam bagian pusat dan tepi. Bagian pusatnya mencakup susunan limbik, hipotalamus dan jaras-jarasnya yang menghubungi columna intermedio lateralis medulla spinalis. Bagian tepinya terdiri dari sepasang rantai neuron-neuron yang dikenal sebagai ganglion paravertebralis serta juluran aferen dan aferen mereka yang bersambung dengan neuron-neuron yang berada di organ dalam-organ dalam. Baik secara anatomic maupun secara fisiologik susunan saraf autonom dapat dibedakan dalam komponen simpatetik dan para simpatetik. Hal ini didasarkan pada adanya dua macam zat penghantar impuls (“neurotransmitter”) yang diproduksi oleh neuron-neuron susunan autonom. Kedua neurotransmitter itu adalah acetylcholine dan norepinephrine. Walaupun kurang tepat bahwa acetylcholine merupakan neurotransmitter yang digunakan oleh bagian parasimpatetik dan norepinephrine oleh bagian simpatetik dalam penyaluran impuls sinaps-sinaps, namun kebiasaan yang sudah berakar dalam mempertahankan bagian simpatetik dan parasimpatetik sebagai sinonim dari bagian saraf autonom yang membuat norepinephrine dan acetylcholine pada terminalianya. Sehingga kini masih berlaku istilah “cholinergic” dan “adrenergic” yang sinonim dengan parasimpatetik dan (orto) simpatetik.
Semua serabut preganglioner dari bagian saraf simpatetik mengeluarkan acetylcholine, tetapi serabut simpatetik postganglioner mengeluarkan norepinephrine. Pengecualian dari neurotransmitter serabut postganglioner simpatetik ialah serabut simpatetik yang menyarafi kelenjar keringat. Walaupun tergolong dalam kelompok simpatetik, transmitter yang diproduksi serabut postganglionernya ialah acetylcholine.
Semua serabut parasimpatetik, baik yang pre dan postganglioner, mengeluarkan pada ujung-ujungnya acetylcholine. Juga acetylcholine merupakan neurotransmitter yang diproduksi diujung serabut postganglioner saraf simpatetik yang menyarafi kelenjar keringat dan ujung saraf motorik perifer yang bersinaps “motor and plate”.
Efek dari aktifitas bagian simpatetik dan parasimpatetik tidak saja tergantung pada hiper atau hipofungsi bagian yang bersangkutan, tetapi tergantung juga pada sifat reseptor dari organ yang dituju (“target organ”). Reseptor adrenergik ada dua macam, yaitu alfa dan beta reseptor. Norepinephrine berkhasiat terhadap alfa-reseptor dengan jelas, dan menimbulkan vasokontriksi, venokontriksi, glikogenolisis di hepar  dan penurunan produksi insulin. Norepinephrine (nor-adrenalin) dipecah oleh enzim sehingga terbentuk epinephrine (non-adrenalin). Beta-reseptor digalakkan oleh epinephrine dan efeknya bisa berupa dilatasi bronchus dan peninggian produksi insulin.
Reseptor cholinergik bersifat muskarinik atau nikotinik. Yang tersebut terakhir ditemukan terutama pada sel-sel ganglion autonom, dan “motor and plate” otot-otot lurik. Reseptor muskarinik terdapat pada otot-otot plos, kelenjar eksokrin dan nodus sinoartrial dan atriovetrikular pada jantung.


a.      Bagian simpatetik
Pembagian dalam simpatetik dan parasimpatetik secara tegas dapat dilaksanakan hanya pada bagian perifir susunan saraf autonom. Pada bagian pusatnya, kelompok neuron “cholinergic” dan “adrenergic” berbauran satu dengan yang lain dan sukar untuk dibeda-bedakan secara tegas.
Badan-badan neuron yang menjulurkan serabut preganglioner simpatetik terletak di semua segmen torakalis dan lumbalis 1 dan 2. Neuron-neuron tersebut menduduki kornu lateralis substansia grisea medulla spinalis, dan dikenal sebagai kolumna intermediolateralis. Serabut-serabut preganglioner meninggalkanmedula spinalis bersama-sama dengan radiks ventralis yang setinggi foramen intervertebralis menggabungan diri dengan radiks dorsalis untuk menyusun saraf spinal. Pada tempat itu juga mereka meninggalkan saraf spinal sebagai rami komunikantes raba dan menuju ke trunkus simpatikus. Trunkus ini tersusun oleh sepasang rantai di kedua belah sisi tulang belakang. Dan rantai itu terdiri dari ganglion-ganglion yang bersambung dengan yang lain melalui juluran-juluran mereka. Pada umumnya ditemukan 3 pasang ganglion di daerah servikal, 12 pasang di daerah torakalis, 5 pasang di daerah lumbalis, 2 pasang di daerah sakralis dan satu ganglion tunggal di garis tengah os koksigis. Serabut-serabut preganglioner tidak semuanya berakhir pada ganglion yang setingkat, banyak juga yang berakhir di ganglion yang terletak beberapa segmen lebih atas atau lebih rendah. Sebagian lagi melewati saja ganglion tronkus simpatikus untuk meneruskan perjalanan mereka ke ganglion-ganglion yang terletak di dekat organ dalam.
Ganglion-ganglion tersebut terakhir sebgaian menunjukkan pengelompokan dan dikenal sebagai ganglion  soliaka dan ganglion mesenterika. Serabut-serabut preganglioner, yang menuju ganglion-ganglion tersebut dikenal sebagai nervus splankhnikus mayor dan minor.
Ganglion-ganglion di kedua sisi tulang belakang dinamakan ganglion paravertebralis dan ganglion-ganglion di dekat organ dalam disebut ganglion prevertrebralis. Kedua kelompok ganglion itu menjulurkan serabut-serabut yang dikenal sebagai serabut postganglioner. Berbeda dengan serabut preganglioner, yang mempunyai selubung myelin, serabut postganglioner tidak tidak mempunyai selubung myelin. Beberapa serabut postganglioner dari ganglion paravertebralis meninggalkan bronkus simpatikus untuk menggabungkan diri lagi pada saraf spinal. Srabut-serabut tersebut dinamakan rami komunikantes grisea. Mereka menyarafi pembuluh dalah dan kelenjar-kelenjar.




sistem saraf autonom


Serabut-serabut preganglioner simpatetik untuk kepala berasal dari neuron-neuron intermediolateralis T.1 dan T.2. mereka bersinaps di ganglion servikalis superior. Serabut-serabut postganglioner dari ganglion tersebut menyusun pleksus di sekeliling arteria karotis. Seberkas saraf keluar sebagai nervus karotikotimpanikus yang berjalan di dinding depan kavum timpani. Ia kembali masuk ke dalam tengkorak dan melalui fisura orbitalis superior serabut-serabutnya ikut menyusun cabang oftalmikus nervus trigeminus. Sebagian lain menggabungkan diri pada nervus okulomotorius dan mensarafi otot-otot polos dari kelopak mata. Ganglion servikalis inferior sering menjadi satu dengan ganglion paravertebralis T.1 dan dikenal sebagai ganglion stelatum. Serabut-serabut postganglionernya mengikuti arteria subklavia dan menyarafi kengan.
Serabut-serabut postganglioner lainnya yang berasal dari ganglion servikalis, menyusun nervus kardiakus superior, media dan inferior, yang bersama-sama dengan serabut-serabut postganglioner yang berasal dari ganglion simpatikus T.1,2,3 dan 4 membentuk plektsus kardiakus. Serabut-serabut postganglioner yang berinduk pada ganglion soliaka dan ganglion-ganglion prevertebralis lainnya berjalan melalui aorta abdominalis dan cabang-cabangnya, akhirnya membentuk pleksus simpatikus hepatikus, splenikus, frenikus, renalis dan lain-lainnya.


a.      Bagian parasimpatetik
Bagian parasimpatik dinamakan juga bagian kraniosakral dari susunan saraf autonom, karena serabut-serabut preganglionernya berinduk pada neuron-neuron di dalam batang otak dan bagian sacral medulla spinalis. Bagian sacral dari serabut-serabut preganglioner parasimpatetik berasal dari inti-inti di dekat inti nervus okulomotorius, fasialis, glosofaringeus dan vagus. Dan mereka keluar dari batang otak bersama-sama dengan saraf otak-saraf otak tersebut tadi. Yang paling banyak mengandung serabut-serabut preganglioner parasimpatetik ialah nervus vagus. Serabut-serabut ini berakhir di ganglia intramural dan ganglia postganglioner.
Serabut-serabut postanglioner parasimpatetik nervi vagi menyarafi otot polos dari trachea, bronchi, esophagus dan seluruh traktus gastrointestianlis kecuali bagian distal dari kolon. Stimulasi terhadap nervus vagus menimbulkan inhibisi terhadap otot-otot stinkter dan sekresi dari kelenjar di dalam traktus gastro intertinalis, hepar, dan pancreas.
Serabut-serabut postganglioner parasimpatetik nervi glosofaringisi berinti pada nucleus salivatorius inferior di dalam medulla oblongata. Mereka berakhir di ganglion otikum. Serabut-serabut postganglioner ganglion otikum berjalan melalui nervus aurikulotemporalis ke glandula parotis.
Serabut-serabut postganglioner yang berinduk pada nucleus salivatorius superior ikut menyusun nervus intermedius. Mereka melewati ganglion genikulatum dan melanjutkan perjalannya dengan nervus petrosus superfisialis mayor ke depan untuk berakhir di ganglion sfenopalatinum. Juluran dari ganglion tersebut terakhir merupakan serabut postganglioner yang menyarafi kelenjar-kelenjar di palatum dan rongga-rongga hidung. Sebagian dari serabut preganglioner yang ikut berjalan dengan nervus intermedius menggabungkan diri menjadi nervus fasialis setelah ia melewati ganglion genikulatum. Mereka selanjutnya mengikuti khorda timpani dan akhirnya berjalan melalui nervus lingualis ke ganglion submaksilaris. Serabut postganglioner yang berasal dari ganglion submaksilaris menyarafi glandula sublingualis dan submaksilaris.
Sebagian lain dari serabut-serabut preganglioner yang mengikuti nervus intermedius berinti pada nucleus lakrimalis didekat nucleus salivatorius superior. Serabut-serabut ini menuju ke ganglion sfenopalatinum bersama-sama dengan mereka yang tersebut diatas. tetapi serabut postganglioner yang berasal dari  ganglion sfenopalatinum juga. Tidak menuju ke palatum dari rongga hidung,namun mengikuti percabangan  cabang ke2  dan kemudian menggabungkan diri dengan cabang ke 1 nervus trigeminus untuk akhirnya menuju glandula lakrimalis.
serabut-serabut pregangliioner yang mengikuti perjalanan nervus okulomotorius berinti pada nucleus edinger –westphal . mereka bersinaps di ganglion siliarre yang merupakan induk dariserabut postganglioner yang mensyarafi sfinkter pupil dan korpus siliare ,serta muskulus siliaris. Bagian sacral dari susunan parasimpatetik terdiri dari serabut preganglioner yang berasal dari nucleus intermediolateralis medulla spinalis bagian sacral.mereka keluar dari medulla spinalis melalui radiksventralis dan selanjutnya ikut menyusun nervi erigentes. Saraf pelvikus ini meuju ke organ –organ yang berada di pelvis untuk bersinaps di ganglion-ganglion kecil ekstramural . mereka ikut menyusun pleksus pelvikus yang sebagian besar dibentuk oleh serabut-serabut  postganglioner ortosimpatetik .berbeda dengan serabut postganglioner ortosimpatetik  yang panjang-panjang ,serabut post ganglioner parasimpatetik cakral adalah pendeek-pendek.

A.    LINTASAN AFEREN SUSUNAN SARAF AUTONOM
Dahulu masiih sering diragukan adanya komponen aferen susunan saraf otonom . tetapi kini sudah banyak data terkumpul yang membuktikan adanya  lintasan aferen otonom. Dibbawah ini impuls otonom akan dinamakan impuls visceral.
Peranan lintasan aferen diperlukan untuk memelihara keseimbangan secara reflektorik. Reflex-refleks visceral dicetuskan oleh impuls otonom aferen dan impuls somatic eferen. Misalnya ,iritasi terhadap organ-organ  yang berbentuk pembuluh seperti saluran gastrointestinal ,ureter dan sebagainya, akan disusul oleh hiperaktivitas gerakan organ  pembuluh ang bersangkutan ,agar sumber iritasi cepat dikeluarkan dari lumennya.
Serabut-serabut aferen visceral berinti pada neuron-neuron di ganglion spinal, seperti halnya dengan serabut-serabut aferen somatic. Lintasan mana yang menyalurkan impuls aferen visceral ke thalamus belum diketahui dengan pasti. Tetapi kemungkinan besar lintasannya ikut funikulus dorsalis dan jaras spinotalamikus.
Perasa yang ditelurkan oleh impuls-impuls aferen visceral bersifat difus, seperti lapar ,haus, penuhnya kandung air seni dan usus. Visceral kebal terhadap raba, dingin dan panas. Bahkan kalau disayatpun tidak terasa . jika ada nyeri terasa , maka biasanya karena peregangan ,atau karena pembesaran organ dalam yang terangsang sehingga menimbulkan nyeri adalah kapsulnya dan bukannya akibat iritasi terhadap sel parenkimnya, nyeri yang timbul  karena iritasi terhadap organ dalam ,( ginjal ,limpa,hepar dan lain”) juga bersifat difus dan terasa pada permukaan tubuh .nyeri ini dinamakan referred pain.

B.     FISIOLOGI SUSUNAN SIMPATETIK DAN PARASIMPATETIK PERIFER
Aktivitas simpatetik melebarkan diameter pupil ,melebarkan fisura palpebrale,meningkatkan frekuensi denyut jantung  dan memperlancar penyaluran impuls melalui jaras atrioventrikuler, menyempitkan lumenkonstriksi) hamper semua pembuluh darah , terutama yang menuju ke kulit dan visera abdominal, tetapi melebarkan lumen(dilatasi ) arteria koroner, menghambat peristaltic  saluran pencernaan , mengeratkan sfinkter saluran pencernaan, menghambat otot destrutor  kandungkemih , membangunkan bulu kulit , menggalakan sekresi keringat dan adrenalin((epinephrine) dan meningkatkan gula darah dengan jalan glikogenolisis di hepar. Melalui efeknya terhadap sekresi adrenalin , ia menggallakan dirinya sendiri , oleh karena adrenalin merangsang susunan saraf simpatetik terhadap pembuluh darah dan jantung,( konstriksi pembuluh darah umum dan intra abdominal ,dilatasi arteri koroner dan meningkatkan frekuensi(denyutan jantung) mengakibatkan bertambahnya jatah darah untuk paru,otak dan otot-otot.
Dilain pihak ,aktivitas parasimpatetik menyempitkan diameter pupil , memperlambat denyutan jantung, menghambat lancarnya pengahantaran melalui melalui jaras atrioventrikuler ,melebarkan lumen pembuluh darah , menyempitkan lumen bronkhioli, menggalakan sekresi air liur  dan air mata , menggalakan peristaltic dan  melonggarkan sfinkter saluran pencernaan m menggalakan otot destrutor kandung kemih dan sekresi insulin sehingga menurunkan gula darah.
Sifat antagonistic antara komponen simpatetik dan parasimpatetik dapat dianggap perlu  untuk mempersiapkan tubuh untuk menanggulangi tantangan dan memelihara kehidupan tubuh sepanjang masa . komponen simpatetik merupakan penggalak bagi segala macam proses yang dibutuhkan untuk bergulat dan melawan . sedangkan komponen parasimpatetik mengatur proses anabolic, sekretorik dan reeproduktif.

C.    EFEK PERANGSANGAN SIMPATIS DAN PARASIMPATIS PADA ORGAN SPESIFIK

Mata
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan lensa.Perangsangan  simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi sehingga pupil menjadi dilatasi, sedangkan perangsangan parasimpatis mengkontraksikan otot-otot sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil.Perangsangan parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi danmenyebabkan lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan objeknya dekat tangan.3

Kelenjar-kelenjar tubuh
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali sekresi cairan.Kelenjarkelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut dan lambung.Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang terdapat di saluran usus sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf otonom.Perangsangan simpatis mempunyai pengaruh langsung  pada sel-sel kelenjar dalam pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi kecepatan sekresinya.Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apapun.

Sistem gastrointestinal
Sistem gastrointestinal mempunyaisusunan saraf  intrinsik sendiri yang dikenal sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus.Namun, baik perangsangan simpatis maupun parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau penurunan kerja spesifik dalam pleksus intramural. Pada umumnya, perangsangan parasimpatis
meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal, yakni dengan memicu terjadinya gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat.Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.  Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung pada perangsangan simpatis

Jantung
Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat diungkapkan dengan cara lain, yakni perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat.

Pembuluh darah sistemik
Sebagian besar pembuluh darah sistemik, khususnya yang terdapat di visera abdomen dan kulit anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada daerah-daerah tertentu malah memperlebar, seperti pada timbulnya daerah kemerahan di wajah. Pada beberapa keadaan, fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada rangsangan simpatis yang biasa,tetapi hal ini jarang terjadi, kecuali setelah diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor alfa simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang biasanya lebih merupakan efek reseptor beta.

Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap tekanan arteri
Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanya menyebabkan tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis menurunkan daya pompa jantung tetapi sama sekali tidak mempengaruhi tahanan perifer. Efek yang umum adalah terjadi sedikit penurunan tekanan.

Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadapfungsi tubuh lainnya
Karena begitu pentingnya system pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua sistem ini dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan secara rinci. Pada umumnya sebagian besar struktur entodermal,seperti hati, kandung empedu, ureter, kandung kemih, dan bronkus dihambat oleh perangsangan simpatis namun dirangsang oleh perangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatis juga mempunyai pengaruh metabolik, yakni menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan konsentrasi guladarah, meningkatkan prosesglikogenolisis dalam hati ndan otot,meningkatkan kekuatan otot,meningkatkan kecepatan metabolisme basal, dan meningkatkan aktivitas mental. Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis juga terlibat dalam tindakan seksual antara pria dan wanita.3

D.    TONUS SISTEM SARAF OTONOM
Sistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas basalnya diatur oleh tonus simpatis atau tonus parasimpatis. Nilai tonus ini yang menyebabkan perubahan-perubahan aktivitas pada organ yang dipersarafinya baik peningkatan maupun penurunan aktivitas. Sebagai contoh tonus system saraf simpatis secara normal hanya
menyebabkan konstriksi pembuluh darah sekitar 50% . Peningkatan atau penurunan
aktivitas sistem saraf simpatis menyebabkan perubahan-perubahan yang saling berhubungan dalam resistensi sistem vaskuler. Bila tidak ada tonus simpatis, sistem saraf simpatis hanya menyebabkan vasokonstriksi

E.     REFLEKS OTONOM

Refleks otonom kardiovaskular
Ada beberapa refleks dalam system kardiovaskular yang terutama membantu mengatur tekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung. Salah satu refleks ini adalah refleks baroreseptor, secara kasar reseptor regang yang disebut baroreseptor terletak didalam dinding arteri besar, termasuk arteri karotis danaorta. 

Refleks otonom gastrointestinal
Bagian teratas dari traktusgastrointestinaldan juga rektum terutama diatur oleh refleks otonom.

Refleks otonom lainnya
Pengosongan kandung kemih caranya mirip dengan pengosongan rektum, peregangan kandung kemih menyebabkan timbulnya impuls ke medula spinalis, dan keadaan ini menyebabkan refleks kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter urinaria, sehingga mempermudah pengeluaran urin. Refleks otonom lainnya meliputi reflex yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya

Sistem simpatis seringkali member respon terhadap pelepasan impuls secara massal
Pada kebanyakan kasus, impuls yang dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis hampir merupakan suatu unit yang sempurna, fenomena ini disebut pelepasan impuls masal (mass discharge). Serat vasodilator kolinergik spesifik pada otot skelet akan terangsang
secara tersendiri, terpisah dari system simpatis lainnya. Sebagian besar reflek lokal, yang melibatkan serat afferent sensorik yang berjalan secara sentral disaraf simpatis menuju ganglia simpatis dan medula spinalis, menyebabkan respons refleks yang sangat terlokalisasi. Sebagai contoh pemanasan pada suatu daerah kulit setempat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatnya pengeluaran keringat setempat sedangkan pendinginan menimbulkan akibat yang sebaliknya. Sebagian besar refleks simpatis yang mengatur fungsi gastrointestinal mempunyai ciri tersendiri, yang kadangkala bekerja melalui jaras saraf namun tidak memasuki medula spinalis, hanya berjalan dari usus jalan ke ganglia simpatis, terutama di ganglia prevertebral, dan kemudian kembali ke usus melalui saraf saraf simpatis guna mengatur aktivitas motorik atau sekretorik.

Respons "tanda bahaya " atau respon "stress" dari sitem saraf simpatis

Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat
yang bersamaan – yakni yang disebut pelepasan impuls secara massal – maka
dengan berbagai cara keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
melakukan aktivitas otot yang besar. Marilah kita meringkaskan kejadian ini :
1.      Peningkatan tekanan arteri
2.      Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastro intestinal dan ginjal, yang tidakdiperlukan untuk aktivitas motorik yang cepat
3.      Peningkatan kecepatan metabolism sel diseluruh tubuh
4.      Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5.      Peningkatan prosesglikolisis di hati dan otot
6.      Peningkatan kekuatan otot

7.      Peningkatan aktivitas mental

8.      Peningkatan kecepatan koagulasi darah

Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih besar bila tidak ada efek diatas. Oleh karena stres fisik atau mental biasanya akan menggiatkan system simpatis, maka seringkali keadaan tersebut dianggap merupakan tujuan dari sistem simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stres, keadaan ini sering disebut respons stress simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi.

Pengaturan medula, pons, dan mesensefalon pada sistem saraf otonom
Sebagian besar area dalam substansia retikuler dan traktus solitarius medula, pons dan mesensefalon seperti halnya banyak nuklei khusus mengatur berbagai fungsi otonom seperti tekanan arteri, frekuensi denyut jantung sekresi kelenjar di traktus gastrointestinal, gerakan peristaltik gastrointestinal dan kuatnya kontraksi kandung kemih.Perlu ditekankan disini bahwa factor palingpenting yang dikendalikan oleh batang otak adalah tekanan arteri,frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan. Tentu saja transeksi batang otak diatas tingkat midpontin tetap tidak mengganggu pengaturan tekanan dasar dari arteri namun mencegah pengaturan pusat saraf yang lebih tinggi terutama di hipotalamus sebaliknya transeksi tepat dibawah medula akan menyebabkan tekanan arteri turun sampai kurang dari setengah kali normal selamabeberapa jam atau beberapa hari sesudah transeksi.Yang sangat berkaitan dengan pusat pengaturan kardiovaskular pada medula adalah pusat medula dan pontin untuk pengaturan pernafasan.Walaupun hal ini tidak dianggap sebagai suatu fungsi otonom, tetapi merupakan salah satu dari fungsi involunter tubuh.

 
Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi
Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum
dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh, meningkatkan atau menurunkan salvias dan aktivitas gastrointestinal, atau  menimbulkan pengosongan kandungkemih. Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang otak bekerja sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang lebih tinggi.Sebagian besar respons perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus, area retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang lebih tinggi dapat merngubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan cukup kuat untuk menimbulkan penyakit yang diinduksi otonom, seperti tukak lambung, konstipasi, palpitasi jantung bahkan serangan jantung